Ketika pertama kali berkenalan dengan keluarga (ya, saya menyebutnya keluarga, bukan cuma klub) yaitu pada 3 tahun yang lalu, jujur saya tidak mengerti apa alasan yang bisa membuat saya suka. Saya memulai semuanya dari Persija secara organisasi, ketika masih hanya sepetak ruangan di Lapangan Banteng. Ketika setiap rapat klub-klub amatir Persija, sambil menikmati kopi atau minuman. Ketika Pak Supo sambil sibuk mengurus undangan dan administrasi. Ketika Pak Roni selalu siap disuruh-suruh para bapak-bapak beli rokok atau ini itu...
Ketika saya didaulat jadi manager Persija U-15 di tahun 2008, saya tak mengerti apa-apa. Mereka membimbing saya. Mereka mengajari saya, bukan sebagai guru. Tapi sebagai keluarga. Terutama bang Patar Tambunan, yang juga sebagai coach. Dan akhirnya, piala itu berhasil kami bawa pulang. Anak-anak luar biasa senang. Dan saya masih berhutang mengajak mereka ke Dufan hingga saat ini. Hehe..
Ketika akhirnya saya masuk panpel, dengan pergantian PT yang berbeda-beda. Dengan berbagai karakter manusia yang saya temui. Dengan beragam peristiwa yang terjadi. Dengan bermacam pekerjaan (bahkan yang tak seharusnya menjadi jobdesc saya), mau tak mau harus dilakukan. Karena terbatasnya SDM muda dan ketergantungan amat besar kepada hanya segelintir orang. Otomatis, kaki saya dan beberapa orang terkadang 'dikorbankan' selama ada pertandingan. Bahkan, dalam 1x pertandingan, saya pernah keliling GBK hampir 5x.
Ketika akhirnya orang yang malah saya dulu kagumi, sekarang berbalik merampok Persija saya. Saya bukan posesif. Oke, sedikit posesif. Saya tidak akan mungkin membandingkan diri saya dengan para bapak-bapak pengurus klub amatir yang sudah puluhan tahun di Persija ketimbang saya. Saya juga tidak menjelek-jelekkan mereka karena saya pernah bekerja dengan mereka di pengelola Persija.
Tapi.. Mungkin banyak orang yang ingin mengaku ini Persija saya. Ya, saya pun begitu. Sedikit posesif, namun tak ingin obsesif. Saya tak pernah bangga saya dianggap mengurus Persija. Saya bangga karena saya cinta Persija. Adalah sebuah anugrah Tuhan jika saya bisa mengurus klub yang saya cintai. Bukan untuk menjadikan itu mata pencaharian, karena motivasinya mungkin bisa jadi akan salah kedepannya.
Yang terjadi sekarang adalah semua kumpulan kekecewaan di masa lalu yang ada diantara para bapak-bapak itu. Namun, semua masih memaksakan ego. Dan saling menunggu 'musuh' mengeluarkan strategi apa. Ditambah lagi, ada intervensi dari pihak luar. Dan saling menjelekkan satu sama lain di belakang. Sedangkan saya yang bukan siapa-siapa, terkadang hanya bisa menghela nafas karena pihak yang bertikai adalah orang-orang yang saya kenal dan anggap keluarga besar saya, Persija.
Saya percaya setiap orang pasti memiliki sebuah tujuan yang baik. Tapi, saya lebih percaya lagi tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik. Demi kelangsungan Persija.. 83 tahun.. Dan selamanya.
Masih 19 hari lagi..
Dear PSSI, tolong kembalikan Persija kami.. :'(
3 komentar:
salute campur sedih :(
walau baru 3 thn, tapi sepertinya dirimu jauh lebih dewasa dari bapak2 itu :D
Kembalikan Persija Kami..
Kembalikan logo monas dan 1 bintang itu..
16 hari lagi :)
sama seperti Arema kami, walau nuansanya sedikit berbeda... bagi saya, Aremania sekarang ini seperti api dalam sekam. untungnya semua masih bisa menahan diri... perpecahan antara 2 tim menjadikan Aremania "pecah". tapi selama masih saling menghargai "sikap" masing2 dan semangat "Arek Malang", sejauh ini blm menimbulkan konflik horisontal. Tapi sebahagian besar dari kami, masih berharap dan masih berkeyakinan, Arema akan satu kembali AREMA UTAS.
Salam Satu Jiwa buat Jakmania...
DEAR PSSI KEMBALIKAN PEMAIN TIMNAS KAMI
http://timnassuporter.co.cc
Posting Komentar