18 Desember 2011 20:31
Perasaan sedih karena kekalahan dan segala peristiwa yang terjadi di dalam lapangan. Ya, bermain dengan 9 pemain pasti akan menjadi berita. Beberapa teman-teman media sudah ancang-ancang meminta quote dari coach Iwan terkait pertandingan. Saya menunggu hingga kira-kira post-match press conference usai (estimasi jam 21.00) dan saya akan menghubungi coach.
23:30
Mendapat kabar tidak sedap. Saya tidak akan bercerita lagi apa kejadian itu. Berbagai BBM dan panggilan masuk mulai berdatangan, juga di Twitter. Semua bertanya ada apa sebenarnya. Saya menghubungi berbagai pihak di Palembang. Lemas rasanya. Jujur, saya langsung menangis. Bukan karena siapa yang salah, bukan karena siapa yang jadi korban. Tapi, kenapa harus ada kejadian ini? Saya merenung. Hingga pagi saya tidak dapat tidur memikirkan harus bagaimana menghadapi berbagai pertanyaan.
19 Desember 2011
Seperti tak berhenti, pertanyaan terus mengalir. Semua jenis pertanyaan sama, semua ingin tahu bagaimana kronologisnya, dan lain-lain. Sungguh, hari itu melelahkan sekali. Dan akhirnya, Ketua Umum memberikan pernyataan tersebut. Tapi, semua seperti tidak puas, dan terus bertanya.
20 Desember 2011
Frekuensi pertanyaan relatif lebih sedikit. Ada yang memohon meminta komentar, baik saya maupun yang terlibat. Ada yang memanfaatkan ini sebagai kesempatan menjatuhkan citra. Saya mulai tidak peduli. Kemarin, masih ada rasa marah dan kesal. Namun, akhirnya terkikis oleh rasa lelah. Sungguh lelah. Semaksimal mungkin pertanyaan itu saya jawab.
Dan..
Hari ini. 21 Desember 2011.
Semua mungkin masih bertanya. Kronologis, kelanjutan, siapa pelaku, siapa korban. Semua masih ada yang bercerita. Tapi satu hal. Semuanya adalah VERSI. Ketika siapapun bertanya kepada saya, saya selalu menekankan pada kata VERSI. Setiap orang berhak memiliki persepsi dalam memandang sebuah peristiwa. Persepsi dan VERSI yang berbeda. Lantas, sampai kapan? Jika ada dua VERSI yang tak pernah bertemu karena dua persepsi individu yang berbeda, maka hanya akan menjadi bara. Ya, semua turut andil. Semua punya hak. Tapi semua juga punya kewajiban untuk tidak menjadikan api.
Dan saya memutuskan per hari ini, saya tidak mau menjadikan ini bara. Saya mau ini jadi proses belajar. Untuk saya dan untuk siapapun.
Jadi, jika saya (masih) ditanya tentang itu, jawaban VERSI saya adalah sebuah senyuman tulus saja. Semoga cukup menjawab. :)
Jakarta, saat Jakmania berusia 14 tahun 2 hari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
wahh catatan harian nih, :)
Posting Komentar