Kamis, 29 November 2012

Saya dan Persija (2012)

Memasuki tahun keempat bersama Persija Jakarta. Tak pernah menyangka masih bisa dipercaya, apalagi dilibatkan semakin jauh dalam kepengurusan manajemen klub tercinta ini. 

Maraknya komunikasi melalui sosial media ditambah adanya Jakarta FC yang mengaku Persija Jakarta yang berlaga di LPI membuat klub dituntut harus bisa menyaingi, bahkan lebih maju. Tekanan besar di akhir Desember 2011 membuat akhirnya saya berinisiatif membuat akun sosial media Persija. Pada tanggal 01 Januari 2012, Twitter @Persija_Jkt akhirnya mengudara. Menyusul kemudian fanpage Facebook Persija Jakarta dengan memakai user RealPersija karena sudah banyak yang memakai nama Persija Jakarta sebelumnya. 

Target yang disasar selanjutnya adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan pecinta Persija. Saya sendirian memegang semua channel komunikasi, sementara saat itu jujur saya masih inisiatif pribadi, bukan atas perintah manajemen. Pada bulan Januari 2012, saya masih tercatat sebagai panitia pelaksana saja, belum menjadi bagian seutuhnya di manajemen. Jabatan di manajemen klub baru sebatas direksi dan staf operasional yang membanntu mengurus tim. Sementara tentunya ada juga manajemen tim yang sudah pasti orangnya: staf pelatih, official dan pemain. Ketika meluncurkan sosial media Persija, sejujurnya saya ragu bagaimana respon dari Persija itu sendiri. Saya merasa belum memiliki hak untuk itu. Apalagi ketika wacana itu dikemukakan, responnya datar. Tapi, tetap saya lanjutkan hingga akhirnya 'diakui' pada bulan Maret 2012. 

Dan kemudian mulailah dipasang target selanjutnya yaitu situs Persija Jakarta. Kendala terbesar adalah SDM (karena saya sendiri) dan mencari partner untuk pengelolaan website. Masih rendahnya kesadaran akan komunikasi membuat saya harus berjuang ke para petinggi di manajemen. Dan pada bulan Juli 2012, akhirnya web Persija Jakarta ada juga, walaupun hingga saat ini tampilannya masih jauh dari yang diharapkan. Tapi, langkah kecil itu sudah ada. :) 

Sedikitnya SDM di manajemen tidak berimbang dengan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan. Bukan berarti Persija tidak mau menambah sumber daya lebih lagi, namun sebenarnya yang masih dicari hingga saat ini adalah sebuah sistem pola kerja yang teratur. Bisa dibilang, staf dan para pengurus klub di Persija saat ini adalah orang-orang yang harus serba bisa, cepat, inisiatif dan taktis. Itulah yang sering membuat pekerjaan utama saya sering terbengkalai. Belum lagi masalah pembagian waktu untuk kuliah dan keluarga yang sering saya tinggalkan juga. Keadaan Persija belum bisa dibilang stabil. Setiap malam saya memikirkan banyak hal untuk ini, mulai dari sponsor hingga kebutuhan untuk tim dan list to do. Di kantor, semua saling mengingatkan agar tak ada yang terlupa. Tak jarang komunikasi via BBM dan email bisa hingga larut malam, bahkan bisa hingga subuh. 

Hingga akhirnya musim 2011/2012 selesai. Masih ada pekerjaan lagi menanti, mulai dari evaluasi hingga membuat rencana untuk musim depan. Dan seperti yang tadi dibilang, staf di Persija harus serba bisa dan cepat. Tidak terhitung jumlahnya ketika harus menyiapkan segala sesuatu kurang dari sehari atau nyaris beberapa jam saja. Masa libur bagi tim bukan berarti libur untuk manajemen klub. Paket sponsor pun mulai dibuat dan dipikirkan. Belum lagi ada rapat pertemuan antar klub internal. Perencanaan keuangan juga harus segera diselesaikan. Tidak lupa harus mengurus kebutuhan pemain terutama yang asing untuk pulang, mencari mess dan persiapan latihan. Dan yang paling penting dari semua adalah: KEPUTUSAN HASIL SIDANG PERSIJA. 

Ketika hakim mengetok palu, hal pertama yang saya lakukan adalah menangis. Empat tahun saya disini. Dan Tuhan menunjukkan jalan untuk Persija. Hanya bisa menangis terharu dan bersyukur. Menjadi salah satu hari yang paling indah selama hidup. Walaupun diingatkan oleh beberapa orang bahwa ini belum final, namun titik cerah itu semakin terbuka. Modal utama untuk ke sponsor adalah pengakuan Persija. Masalah dualisme selalu menjadi pertanyaan pertama mereka. Tidak salah, namun terkadang ada saatnya lelah harus menjelaskan secara gamblang, walaupun sebenarnya sudah tahu Persija hanya satu. Ketertarikan sponsor juga tak lepas dari banyaknya pecinta Persija dan tingginya animo mereka. Tentunya, masalah perizinan dan keamanan juga selalu jadi pertanyaan kunci untuk pembuktian apakah berinvestasi di Persija adalah keputusan yang tepat. 

Hingga memasuki bulan Oktober, desakan dan pertanyaan mengenai skuad tim yang baru dan kapan latihan mulai tinggi. Di akun sosial media, mulai dari bertanya, nyinyir, mencibir dan marah kepada saya mulai banyak. Sejujurnya pertanyaan yang sama juga saya lontarkan kepada petinggi. Dan saya belum mendapatkan jawaban yang bisa memuaskan. Yang saya bisa lakukan adalah membantu mengerjakan yang seharusnya tidak para petinggi kerjakan. Banyak juga kegelisahan di internal dan sedih rasanya ketika saya hanya bisa diam dan mencoba menguatkan yang lain. Sementara di luar, karena keterbatasan komunikasi membuat banyak asumsi dan isu. Dan saya dalam posisi yang tidak diperbolehkan menjawab. 

Tidak hanya itu, konflik mulai datang dari diri saya pribadi. Keluarga mulai bertanya, apalagi gelisah dengan aktivitas kuliah yang juga padat. Hampir setiap hari saya pergi ke kantor dengan langkah sedih karena tidak direstui keluarga. Saya tidak pernah menyalahkan karena mereka pasti ingin yang terbaik, namun saya juga tidak mau memilih antara keluarga dan Persija. Keduanya sama-sama penting. 

Memasuki bulan November, semakin dekat dengan ulang tahun Persija. Konsep Trofeo menjadi wacana paling utama. Namun, di saat itu ada rencana acara lain yang meminta Persija di saat yang bersamaan. Ketika para petinggi meminta opini saya pribadi mengenai ini semua, saya hanya menjawab sederhana bahwa Trofeo harga mati. Usul langsung diterima dan ternyata keseluruhannya menjadi tanggung jawab saya. Kerja cepat menghubungi tim tamu, serta kebutuhan lainnya karena dikejar waktu. Beruntung memiliki orang-orang yang selalu sigap membantu tanpa banyak bertanya. 

Di usia yang ke-84, muncul sebuah ide memberikan kado kejutan untuk Persija. Kado perpisahan saya untuk Persija. Ide spontan yang saya ceritakan ke seorang teman akhirnya dibantu diwujudkan dalam waktu sekitar 2 minggu. Terharu melihat dedikasi dan pengorbanan para teman demi kado kejutan ini. Bahkan, manajemen pun tidak tahu hingga ketika rapat koordinasi, baru saya beritahu ide ini. Semua murni karena saya ingin memberikan penghormatan setinggi-tingginya bagi Persija. Puji Tuhan ide itu diterima, bahkan oleh pihak kepolisian. Dan jadilah si bundar besar gagah di tengah lapangan. Terharu ketika melihat bendera tersebut berkibar. 

Hanya kado kecil itu yang bisa saya berikan untuk klub ini. Akhirnya, kerja keras terbayar. Trofeo Persija 2012 sukses, walaupun harus dievaluasi kembali. Masih ada waktu, yaitu ketika hari Rabu, 28 November 2012. Merayakan ulang tahun dengan sederhana. Dan senang bisa mewujudkannya dengan berdoa bersama untuk Persija. 

Terima kasih untuk semuanya. Maaf untuk segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Pasti banyak yang mengira ini belum berakhir. Ya, pasti tidak akan berakhir. Karena hati saya selalu disini. Tidak akan pernah bisa hanya diam tanpa membantu. Namun, saat ini, ada waktu untuk segala sesuatu. 

Ada waktu ketika beraksi di tribun menonton 1 pertandingan hingga menit habis menjadi sangat berharga seperti emas. 

Dulu, saya pernah bilang: "It's not a good bye, it's a see you again." 

Well, I always see you, Persija. 

Selamanya.
Search