Selasa, 12 Februari 2013

Holland Trip Desember 2012


Sejujurnya, ini pertama kalinya saya melakukan perjalanan ke Eropa. Dan yang menyenangkan adalah saya pergi sendirian! Tujuan utama saya adalah mengikuti konferensi sepak bola bernama International Football Development Conference 2012 yang berlangsung 12-13 Desember di RAI Conferention Centre, Amsterdam. Pembicaranya ada dari perwakilan FIFA, UEFA, KNVB, DFB, Johan Cruyff Foundation dan bahkan mantan pemain Liverpool yang menjadi direktur teknik FFF, Gerard Houllier juga membawakan satu sesi tentang karakteristik dalam pengembangan pembinaan usia muda.

Kata-kata mengenai pembinaan sering hanya menjadi ‘citra’ belaka di Indonesia. Namun, tidak bagi para peserta dan pembicara di konferensi ini. Saya sungguh belajar banyak, bagaimana untuk bisa total membangun sebuah pondasi sepak bola yang kuat, kuncinya adalah di pembinaan. Bahkan, Johan Cruyff Foundation juga mengembangkan skema untuk membentuk talenta pemain yang berkarakter. Dengan filosofi  “football is about quality and result. Result without quality is boring, quality without results makes no sense”, mereka menyadari pentignnya intelegensia agar pemain bukan hanya sebagai ‘robot’ namun ‘decision maker’ baik di dalam lapangan, maupun di kehidupan sehari-hari. Tentunya sulit membahas hal seperti ini di Indonesia.. Hehe..

Selesai berkonferensi ria, saya langsung mengepak barang menuju Belgia. Vise menjadi tujuan selanjutnya. Demi menyaksikan salah satu klub yang kebetulan dimiliki oleh orang Indonesia, dan ada pemain-pemain muda tanah air disana, saya menempuh perjalanan dengan kereta sekitar 2 jam. Bertemu Syamsir Alam, Yandi Sofyan dan Alvin, tentu membuat hati senang. Saya memberikan 3 jersey pemain favorit mereka di Persija, Bambang Pamungkas dan Ismed Sofyan. Saya juga berkesempatan menonton langsung pertandingan CS Vise vs FC Sint Niklaas yang berakhir dengan skor 0-0, bahkan saya diajak untuk gala dinner dengan manajemen CS Vise. Dan senangnya, saya dioleh-olehi jersey CS Vise milik Syamsir Alam.



Kembali ke Belanda, saya langsung mengejar waktu karena tidak ingin melewatkan sebuah pertandingan besar. Memang dari awal datang ke negeri kincir ini, saya agak kecewa karena Ajax Amsterdam sedang menjalani partai tandang. Namun, kekecewaan saya malah membuahkan kebahagiaan karena bertemu dengan salah seorang jurnalis sepak bola sekaligus yang sering membantu pemain keturunan, yaitu mas Eka Tanjung. Perkenalan di sosial media akhirnya berlanjut dengan kopi darat dan saya dibelikan akreditasi untuk menonton NEC Nijmegen vs PSV Eindhoven. Jadwal main yang malam (kickoff 19:45) membuat Goffert Stadium penuh karena sepak bola menjadi hiburan utama di kota Nijmegen, apalai lawannya juga bagus. Saya berkesempatan masuk ke dalam media room yang disatukan dengan press conference room. Mas Eka yang baik hati memberikan saya tiket nonton dan akreditasi sehingga saya bisa ikut di konferensi pers atau bahkan bisa mewawancarai pemain/pelatih. Dan, saya berhasil foto bersama salah satu pemain idola saya: Mark van Bommel!



Menjelang pulang, saya mampir ke Ajax Arena dan Ajax Experience. Surga bagi fans Ajax karena disini semua museum dan memorabilia tim yang terbentuk dari tahun 1900 ini. Saya terkagum dengan visi dan misi akademi Ajax, histori dan bagaimana Ajax menciptakan legenda. Setelah itu, tidak lupa saya mengunjungi Heineken Experience. Sebagai museum merek bir yang identik sebagai sponsor sepak bola, tentunya saya tidak lupa mengabadikan foto-foto di UEFA Champions League Wall of Fame. Tidak lupa dengan memakai syal Persija Jakarta. Hehe..


Banyak pelajaran berharga mengenai sepak bola di negeri tulip ini. Semoga suatu saat kita tidak kalah dengan Belanda! Hup Hup Indonesia Hup! J 
Search