Rabu, 18 Juni 2014
Van Gaal Yang Angkuh
Secercah harapan muncul dari De Oranje. Meski masih terlalu dini, tapi permainan Belanda sangat memukau. Menindas Spanyol 5 gol dan membuat Iker Casillas tak bisa tidur nyenyak.
Namun, sebagai pendukung Belanda, saya seperti diajarkan untuk berbesar hati. Ya, selalu nyaris juara. Bahkan saya sering diledek teman karena selalu ‘dibohongi’ oleh De Oranje. Para fans De Oranje tentu tahu bagaimana rasanya di-PHP-in tim ini. Bukan karena materi pemain, atau taktik yang salah, bukan juga karena pelatih yang tak bagus, tapi hanya satu hal yang bernama takdir yang kerap memisahkan Belanda dengan trofi juara.
Belanda memang selalu bermental juara di fase grup. Rekor kemenangan yang dominan seakan meyakinkan publik bahwa mereka tidak hanya tim sirkus yang jauh-jauh berkelana untuk berlibur.
Pada laga kedua babak penyisihan grup B, Belanda akan bertemu Australia. Ini adalah pertemuan pertama kali bagi kedua tim di Piala Dunia. Tiga kali pertemuan sebelumnya (friendly match) berakhir dengan rekor imbang dan kalah satu kali harusnya membuat Van Gaal dan pasukannya tak terjebak euforia laga pembuka.
Dengan sederet pemain yang sudah berpengalaman di ajang dunia, sesungguhnya mental para pasukan Oranje ini tetap membumi. Walaupun rata-rata Persie dan Robben hampir selalu mencetak gol dalam setiap penampilan mereka (bahkan mereka masuk dalam daftar pemain Belanda yang mencetak gol dalam 3 gelaran Piala Dunia), tapi kerendahan hati tetaplah menjadi faktor penting.
Dan bukan hanya bagi pemain, namun bagi sang pelatih itu sendiri. Van Gaal yang sempat diragukan karena mengubah taktik yang dianggap suci oleh Belanda: 4-3-3 menjadi 5-3-2, kini mulai diperhitungkan. Pelatih diktator ini semakin melebarkan senyumnya seakan membuktikan kepada para rival-nya bahwa ia berhasil. Pada wawancara kemarin, ia lebih berkomentar mengenai keadaan stadion (di mana ia mengklaim tidak bisa mendapat pandangan mata yang luas karena posisi bench yang jauh lebih rendah dan terhalang kamera) dibanding persiapan para pemain. Bahkan pria berusia 62 tahun itu menegaskan ia bukan tipikal pelatih yang suka berdiri. Ia adalah bos, yang duduk sambil mengawasi anak buahnya.
Akankah kita menolak lupa bahwa Van Gaal pernah gagal mengarsiteki Belanda pada 2000-2001? Atau dengan kemenangan kemarin, kita sudah memaafkan sang diktator yang terkenal arogan ini?
Teringat salah satu quote yang kontroversial dari seorang Louis van Gaal pada saat ia dikontrak KNVB pada tahun 2000: “I’ve signed a contract with the Dutch national team until 2006, so I can win the World Cup not once but twice (Saya menandatangani kontrak bersama timnas Belanda hingga 2006 agar saya bisa memenangkan Piala Dunia tidak hanya sekali, tapi dua kali)”.
Apapun itu, dukungan penuh saya tetap untuk The Flying Dutchmen agar bisa membawa pulang trofi Piala Dunia. Dan tentunya, titel juara untuk pertama kalinya bagi sang dictator, Louis Van Gaal.
Tulisan ini ditayangkan di situs Vivanews: http://pialadunia.viva.co.id/news/read/513844-van-gaal-yang-angkuh-
Langganan:
Postingan (Atom)